Kita boleh tengok contoh manusia sekarang, masa senang, di tinggalkannya kawan-kawan, ibu bapa sampai lupa siang malam. Apabila susah, pandailah pula mencari ibu bapa serta kawan-kawan. Begitulah manusia. Hubungan dengan manusia pun tidak di jaga, apatah lagi dengan Allah S.W.T pencipta alam semesta ini. Masa susah, pandai la nak berdoa, semayang hajat segala, tapi bila senang ? Mereka lupa segalanya. Betul lah kata Laksmana Hang Tuah, Melayu mudah lupa. Jika di lihat kepada masyarakat sekarang ini, bukan melayu sahaja. Orang yang bukan melayu pun ramai yang seperti ini.
Manusia hidup dengan jalan hidupnya masing-masing.
Ada yang kuliah, ada yang kerja, bahkan ada pula yang pengangguran. Ada
yang kaya, ada yang sederhana, bahkan tidak sedikit pula mereka yang
miskin. Jalan hidup memang merupakan kapasitas dan kadar kemampuan dari
seorang hamba yang telah Allah berikan untuknya. Orang kaya di uji
dengan kekayaannya, dan orang miskin di uji dengan kemiskinannya.
Dengan segala perbedaan ujian itu, dapat dipastikan bahwa kapasitas dan
kadar kemampuan seorang hamba pun juga berbeda-beda.
Banyak
yang mengira bahwa menjadi kaya itu pasti menyenangkan. Tapi tak
sedikit pula orang yang hartanya berlimpah justru kecemasannya berlebih
dari orang yang kurang mampu. Cemas akan hartanya yang takut
kehilangan, cemas akan kenikmatan duniawi yang dapat membuatnya lalai
akan adanya Allah, dan cemas apabila dia mati nanti, dia akan
meninggalkan hartanya yang tidak sedikit jumlahnya. Kecemasan-kecemasan
seperti itulah yang akhirnya membuat banyak orang kaya menjadi stress.
Banyak,
atau mungkin hampir semua orang yang kurang mampu, berharap bisa
menjadi orang kaya. Bisa kerja, kuliah, mempunyai hand phone terbaru,
memiliki banyak uang, selalu punya sepatu dan baju baru, dan segala
kenikmatan-kenikmatan duniawi yang sebenarnya semua itu hanyalah teman
sesaat kita di kala hidup di dunia ini. Setelah itu, tak dapat lagi
mereka menemani kita di kehidupan selanjutnya. Hanyalah sebuah kain
kafan berwarna putih, pakaian agung dari yang teragung, yang akan kita
gunakan untuk menghadap Allah swt.
Jangan
mengira memiliki semua kemewahan itu bisa membuat kita bahagia.
Biasanya kemewahan itu hanyalah modal utama dari rasa keserakahan kita
untuk memonopoli diri kita sendiri. SADARLAH! Mungkin semua itu bukan
yang terbaik untuk kita. Bisa saja kemewahan itu akan membuat kita lupa
akan adanya Allah, akan adanya alam akhirat, akan adanya surga dan
neraka, sehingga kita lalai akan kewajiban-kewajiban kita sebagai umat
Nabi Muhammad saw.
Jangan pernah mengutuk diri
sendiri jika kita terlahir sebagai seorang yang tidak berada. Sebab
bisa jadi, yang sedikit itu mungkin bisa membawa kita pada keberkahan,
membawa kita pada kebaikan, dan membawa kita pada ketenangan. Bisa jadi
yang sedikit itu adalah amal untuk kita sebagai hamba yang selalu
berucap syukur pada Allah swt di setiap keadaan. Insya Allah.
No comments:
Post a Comment